Sabtu, 12 Januari 2013

PERANG SALIB DAN MENGALIRNYA PERADABAN ISLAM DI EROPA oleh: Hanafi elSila, M.Pd.I

PERANG SALIB DAN MENGALIRNYA PERADABAN ISLAM DI EROPA A. Perang Salib Perang salib merupakan sebuah konflik terbesar antar umat Islam yang berkuasa di sebagian eropa, afrika utara dan asia melawan kekuatan kristen yang baru muncul dan baru berkembang yang berusaha merebut kota yerussalem sebagi kota suci kaum kristen. Perang salib itu sendiri berlangsung hampir dua abad (bermula pada tahun 1096 M dan berakhir pada tahun 1291 M). Dalam perang salib wilayah Islam terpecah dalam beberapa wilayaha yaitu; sebelah utara meliputi Khurasan, Persia, Irak, Armenia, Asia kecil yang ikuasai Dinasti saljuk; sebelah selatan meliputi Mesir, Syiria, Palestina, dan termasuk pulo spanyol yang dikuasai Dinasti Fathimiah yang berpusat di Kairo sedangkan dinasti Abbasiyah berpusat di Bagdad. “Begitulah Kehendak Tuhan” sebuah semboyan yang diteriakkan oleh kaum kristen dibawah pimpinan paus untuk menyerang kaum Muslimin yang berakibat merusak hubungan antara dunia timur dan dunia barat. 1. Sebab-Sebab Perang Salib Secara garis besarnya, sebab-sebab perang salib terjadi kerena dua dua faktor, yaitu: sebab internal dan eksternal. Sebab internal maksudnya adala sebab yang berasal dari umat Islam sendiri, diantaranya; kondisi kekuasaan Islam (dinasti saljuk di Asia kecil) pada waktu itu sedang melemah karena mengalami perpecahan dan berusaha melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperanan diantara keluarga melemahkan mereka sendiri; dinasti fathimiyah juga dalam keadaan lumpuh; dan kekuasaan Islam di spanyol semakin goyah. Sedangkan sebab-sebab eksternal yaitu sebab-sebab yang berasal dari luar umat Islam, terutama permusuhan dan kebencian umat atau orang-orang kristen terhadap umat Islam. Kebncian orang-orang Kristen semakin menjadi setelah Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dapat direbut oleh dinasti Saljuk dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir, sebab penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi Umat Kristen yang berziarah ke sana dan peraturan tersebut dirasakan sangat memberatkan umat Kristen. 2. Periodesasi perang salib Perang salib merupakan peperangan yang amat dahsyat dan sangat besar kerena memakan waktu yang sangat lama dan melibatkan ratusan ribu tentara Islam dan Kristen. Menurut Philip K. Hitti (orientalis yang menulis buku The History of the Arabs) menyederhanakan periodesasi perang salib dalam tiga periode. Sedangkan Prof . Dr. Hj. Musyrifah Sunanto dalam bukunya “Sejarah Islam Klasik”, membagi periodesasi perang salib tidak kurang dari empat periode. Yang dalam karya ilmiah ini, pemakalah akan menguraikannya secara singkat. a.) Periode pertama (1095-1147 M) Perang salib semula digerkan oleh seorang pendeta peter dari prancis, kemudian didukung oleh paus di Vatikan, oleh raja Kristen di Eropa dan oleh kepala Kristen Ortodox yang berkedudukan di konstantinopel. Paus Urbanus II mengadakan pidato yang berapi-api di Clermont pada tangga 26 November 1095 yang menurut penilaian Prof. Philip K. Hitti “kemungkinan sekali pidato yang paling berkesan di dalam sejarah”. Pidato Paus II, pada periode I perang salib ini menjadi spirit bagi orang-orang Kristen yang menyebabkan negara-negara Kristen mempersiapkan diri untuk penyerbuan dengan berbagai bala bantuannya, gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang semua pihak dan kalangan masyarakat ikut serta dalam penyerbuan tersebut hingga masyarakat yang tidak mempunyai pengalaman berperang. Periode pertama pernag salib ini, juga dinamakan periode penaklukan. Dalam periode pertama ini, orang-orang Kristen Eropa dibawah pimpinan Godfrey mencapai tujuannya yaitu merebut dan menguasai Kota Palestina dengan menduduki Bait Al-Maqdis taggal 15 Juli 1099 M. Dan kemenangannya yang pertama ini kaum Kristen Eropa berhasil mendirikan empat kerajaan yaitu di baitul Maqdis, di Antiochia, di Tripolisia dan di Edessa. Dan ketika itu terjadi pembunuhan massal dan penyembelihan secara basar-besaran. Menurut sejarawan Ibn Atsur tidak kurang dari 70.000 manusia yang menjadi korban. Sebuah operasi pembunuhan massal yang hampir sebanding dengan pembunuhan massal oleh Khulago di Bagdad yang mencapai 750.000 orang, juga hampir bersamaan juga dengan korban pembunuhan dan penyiksaan oleh Ratu Essabella dan Raja Ferdinand di Andalusia yang mencapai angka 340.000 orang lebih. Dari kekalahan itu, kaum muslimin mengalami trauma yang panjang dan katakutan yang tahun-tahun lamanya, hingga akhirnya pada tahun 521 H/1127 M, muncul seorang pahlawan Islam yang masyhur “Imaduddin Zanki” (gubernur dari Mousul) yang berhasil mengalahkan tentara salib di Kota Aleppo dan Humah. b.) Periode perang Salib kedua (1147-1179 M). Menurut penulis, Periode kedua dari perang salib ini, menjadi periode pemenangan besar-besaran bagi kaum Muslimin dibawah dua pimpinan Umat Islam yang masyhur yaitu Nuruddin Zanki (putera Imaduddin Zanki) yang berhasil menahan bahkan mengalahkan kekuatan besar kaum Salibiyah di bawah pimpinan Raja Louis VII dari Prancis, Kaisar Kourad dari Jerman dan Putra Roger dari Sisilia; dan Shalah ad-Din al-Ayyubi yang berhasil mendirikan Dianasti Ayyubiyah di Mesir pada Tahun 1175. Hasil peperangan Shalah ad-Din yag terbesar adalah merebut kembali Yerussalem, kota yang menjadi tujuan tentara Salib. Dengan demikian kerjaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. c.) Periode Perang Salib ketiga (1189-1192 M). Periode ketiga ini merupakan periode yang sangat menegangkan bagi umat Islam karena harus berhadapan dengan tentara Salib III yang kekuatannya sangat besar dibawah pimpinan raja Austria dan Jerman bernama Frederik dengan 200.000 orang tentara, juga pada tahun 1190 dibawah pimpinan Rickard The Lion Hart yang sangat kejam yang berhasil merebut kota Okka. Penyerangan kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qisthi dan pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Kekalahan umat Islam yang berakibat jatuhnya Kota Okka ke tangan Rickard, merupakan kelalaian yang sangat besar dan sangat disesalkan oleh Sultan shalah ad-Din al-Ayyub. Kelalaian tersebut yaitu dengan membiarkan musuh memperkuat diri pada pelabuhan Shour sehingga memudahkan pasukan salabiyah meminta bantuan kepada eropa. Menyadari kelalaian tersebut dengan segera Sultan mengirim utusan ke Magribi untuk meminta bantuan kepada Sultan Ya’kub bin Yusuf bi Abdul Mu’min, raja terbesar dari Daulah Muwahiddin yang menguasai daerah Magribi (Maroko) dan Andalusia Selatan. Namun permintaan bantuan oleh Sultan tersebut di tolak karena Sultan Ya’kub khawatir tentara Eropa berbalik menghantam negara mereka. Dengan demikian tentara salib dapat lewat dengan bebasnya di selat Gibraltar. Berulang kali tentara Salib mencoba merebut kembali Yerussalem dari tangan Kaum Muslimin, namun tidak membuahkan hasil yang baik, oleh karena itu mereka memusatkan penyerangan dan penyerbuan menuju Mesir dan meninggalkan kota-kota yag telah mereka kuasai seperti Kaisariya, Yaffa, dan Asqalan terbuka tanpa perlindungan. Kesempatan ini dipergunakan oleh Shalahuddin untuk memukul musuh dari belakang, sehingga Shalahuddin dapat merebut Kota Yaffa dan merampas semua pembelakan tentara salib yang ada disana sehingga tentara Salib kalang kabut dan pada saat itu Rickard jatuh sakit dan meminta damai kepada Sultan Shalahuddin. Secara diam-diam Shalahuddin menjadi dokter Arab dan datang ke kemah Rickard untuk megobatiya hingga ia sembuh. Saat itulah shalahuddin mempertunjukkan siapa dirinya. Periode ketiga ini berakhir dengan penyadaran raja Rickard terhadap kebaikan hati dan keberanian musuhnya dan kedua orang raja ini sepakat untuk mengadakan perdamaian yang terjadi pada tahun 1192 M. Dan setahun kemudian Sultan Shalahuddin al-Ayyubi wafat dalam usia 75 tahun. d.) Perang Salib keempat dan seterusnya Berita meninggalnya pahlawa besar (Shalahuddin), dipergunakan oleh Paus Cylensius III untuk menggerakkan tentara Salib ke IV. Namun tentara salib ke IV hingga ke VIII tidak sedahsyat serangan sebelumnya sehingga pada tahun 1292 M tentara Salib dapat terusir dari Timur. 3. Akibat-akibat Perang Salib Peristiwa perang Salib berdampak besar bagi tumbuhnya perdagangan bagi Asia Barat dan Eropa. Meskipun perang salib berakhir menyakitkan bagi orang-orang Kristen Eropa, tetapi membawa pengaruh positif bagi peradaban mereka, bahkan kerena pengaruh kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan munculnya Renaisans di Barat pada abad ke-7 M. Sedangkan bagi pihak Islam, akibat dari perang Salib ini menjadikan kekuatan politik Umat Islam menjadi lemah dan terpecah belah, karena perang Salib terjadi di daerah kekuasaan umat Islam walaupun pada hakikatnya Umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib atau berhasil mengusir tentara Salib dari wilayah Timur. Bahkan banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad. B. Mengalirnya Peradaban Islam di Eropa. Peradaban Islam menjadi peradaban yang sangat didambakan dan menjadi target oleh setiap kaum, tidak ketinggalan kaum kafir eropa yang dengan segala cara merebut kekuasaan umat Islam dengan segala peradaban yang telah terbangun. Umat Islam yang telah mencapai puncak kejayaannya (renaisans) di berbagai belahan dunia eropa mengalami masa kemunduran dan berkemelut panjang, dari bentrok atau konflik dalam diri umat Islam sendiri hingga mereka diusir dari tanah air mereka oleh orang-orang kafir eropa dan sekitarnya. Sehingga dapat kita katakana bahwa kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini, merupakan hutang atau hasil rampokannya terhadapa khazanah keilmuan dan peradaban Islam klasik. Bersamaan dengan dikuasainya dunia Islam oleh kaum kafir, umat Islam kehilangan segala yang pernah dimiliki. Namun terjadi sesuatu yang di luar dugaan manusia, ternyata bangsa yang menghancurkan daulah Islamiyah yang berpusat di Bagdad itu, keturunanya justru menjadi pembangun dan pembela agama Islam dan kebudayaannya yang gigih sehingga agama Islam menjadi tumbuh dan berkembang mekar kembali. Demikian juga daerah Andalusia dan Afrika Utara, kebudayaan Islam tidak musnah bahkan mengalir ke Eropa membangun zaman Renaissance Eropa. Paling tidak ada beberapa jalur atau jalan mengalirnya peradaban Islam ke Eropa. Dan berikut ini pemakalah akan menjelaskan beberapa jalur tersebut dan apa saja peradaban Islam yang berhasil menjadikan dan membawa Eropa ke masa kejayaannya atau renaisence. 1. Melalui Andalusia Bermula pada abad ke-11 yaitu sekitar tahun 1085 M, ditandai dengan hilangnya pusat sekolah tinggi dan pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta ilmuwan-ilmuwannya, disusul hilangnya Cordova dengan pusat kebudayaan dunia di sebelah Barat beserta Masjid Raya Cordova yang didirikan oleh amir-amir amawiyah Andalusia pada tahun 1236 M oleh raja Alfonso VII dari Castilia. Kehilangan itu terus berlanjut kota demi kota, menyusul sevilla, Malaga dan Granada. Yang akhirnya umat Islam beserta bani Ahmar terakhir, Abu Abdullah harus terusir dari tanah airnya dengan meninggalkan segala bentuk kebudayaanya dan rakyat islam dari penduduk asli Andalus yang dipaksa untuk menjadi Kristen kembali. Penduduk Islam asli Andalusia yang digelari sebagai golongan Muzarobus, yang dalam bahasa Eropanya berubah menjadi Muzareb menjadi pintu utama sekaligus sebagai pelaku mengalirnya ilmu pengetahuan atau peradaban Islam ke Eropa. Peranan kaum Muzarobus menjadi sangat penting dalam kemajuan peradaban Eropa hingga masa kini, kerena orang-orang Eropa pada umumnya takut akan orang Islam, bukan pada Muzarabes walaupun secara keyakinan kaum Muzarabes masih banyak yang muslim. Diantara peradaban Islam yang mengalir di eropa lewat Andalusia ini adalah mengalirnya ilmu-ilmu Islam dalam berbagai bidang, seperti terpakainya bahasa Arab sebagai bahasa keseharian di eropa, sebagaimana yang utarakan Hitti Orang Spanyol Kristen terpesona pada peradaban Islam yang gemilan dan mereka sadar akan kerendahannya dalam bidang seni, sastra, filsafat dan ilmu pengetahuan sehingga dalam keseharian mereka selalu mencontoh kehidupan orang arab. Di samping peradaban tersebut, di Toledo didirikan Sekolah Tinggi Terjemah untuk mempermudah penyerapan ilmu Arab yang dipimpin oeh Raymond. Dan adapun buku-buku yang diterjemahkan adalah buku-buku Arab sisa dari pembakaran, juga buku-buku dari kota Cordova, Sevilla, Malaga dan Granada. Penerjemah-penerjemah Baghdad banyak pindah ke Toledo, terutama yang berasal dari bangsa Yahudi. Dari peradaban Islam tersebut menjadikan Toledo sebagai pusat perkembangan Ilmu Islam ke Dunia Barat. Beberapa orang penerjemah yang terkenal adalah Avendeath yang menyalin buku Astronomi dan Astrologi dalam bahasa Latin dan Gerrard Cremona yang menyalin buku-buku filsafat, matematika dan ilmu kedokteran. 2. Melalui Pulau Sisilia Telah kita ketahui bersama bahwa Sisilia menjadi salah satu daerah atau wilayah kekuasaan Islam yang sangat masyhur dan sangat maju peradabannya. Dalam sejarahnya Sisilia dikusai oleh Islam dengan tiga penguasa besarnya, yaitu Bani Aghlab, Daulah Fatimiyah dan Dinasti Kalbiyah yang berhasil menjadika peradaban Islam menjadi jaya di wilayah tersebut dan berlanjut pada masa awal kekuasaan kerajaan Normandia. Beberapa Peradaban Islam yang berkembang dan mengalir lewat pulau Sisilia ini setelah direbut kembali orang-orang Kristen, yaitu dibangunnya sekolah kedokteran oleh Constantin African di kota Salerno dekat Napals yang merupakan sekolah Tinggi kedokteran yang pertama di Eropa dan merupakan pengembang ilmu kedokteran Islam. Di samping itu Contantin juga mendirikan badan penerjemah yang menerjemahkan buku-buku kedokteran Hunain bin Ishaq, Ali Abbas, dan Al-Razi. Buku Hunain “Sepuluh Masalah Mata” menjadikan nama Contantin menjadi masyhur. Karangan Ali Abbas “Liber Regalis” dan karangan Ar-Razi “Liber Experimenterum” juga diterjemahkan. Dimulai oleh Rober I, pulau Sisilia menjadi pusat peradaban Islam, kendatipun raja ini masih Kristen namun sangat melindungi perdaban Islam sehingga mulai dari gaya pakaiannya hingga bentuk bangunan gedung-gedung memakai corak dan gaya Timur Islam, juga dalam pemerintahan banyak jabatan-jabatan tinggi diduduki oleh ilmuan-ilmuan Islam. Setelah pulau Sisilia berhasil dikuasai oleh kaum Kristen, maka yang menjadikan Eropa berada pada puncak kejayaannya atau renaisence Eropa adalah peradaban Islam yang dimulai dari didirikannya Universitas Napels, yang diantara siswanya adalah Thomas Aquinas seorang pemimpin katolik yang sangat terkenal. Disini Frederik menghimpun naskah-naskah Arab. Buku-buku Aristoteles dan Averoes yang disuruh diterjemahkan, dipergunakan dalam daftar pelajaran. Salinan tersebut juga dikirim ke Universitas Paris dan Bologna. Di samping itu peradaban Islam yang juga memajukan Eropa adalah pabrik tenun yang didirikan di istana Palermo, sebuah pabrik tenun yang membuat pakaian kebesaran istana raja-raja di Eropa yeng berfotifkan huruf Arab. Begitu sempurnanya peradaban Islam ini, hingga suatu masa orang Eropa belum merasa sempurna jika belum memilikinya. Renaissance Eropa ditandai juga dengan banyaknya perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat studi-studi Islam, dari Toledo di Andalusia, alumnus pertama adalah Abelard Bath yang kemudian menjadi ahli matematika dan Filiosof inggris termasyhur. Ia juga membawa pengaruh Toledo ke Inggris dengan mendirikan universitas Oxford dan Cambridge. Penjelasan di atas menjadi bukti betapa orang-orang Kristen Eropa sangat berhutang budi kepada Islam walaupun secara liciknya mereka tidak sudi mengakui bahwa kemajuan yang mereka raih merupakan sebuah contekan dari peradaban Islam, disamping pemikiran-pemikiran dan ilmu pengetahuan tersebut, peradaban yang juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan dan kejayaan Eropa adalah dibangunnya rumah sakit-rumah sakit Kristen yang mencontoh pada gaya Islam, seperti rumah sakit Eropa yang mencontoh pada rumah sakit Kairo yang didirikan oleh Sultan al-Mashur Qolawun, rumah sakit “San Spirito” yang Multi fungsi yaitu disamping sebagai tempat perawatan orang sakit juga dipakai sebagai tempat kuliah dan praktik mahasiswa ilmu kedokteran Roma. Rumah sakit ini didikrikan oleh Paus Innocent III pada permulaan abad XIII M. rumah sakit “Los Quinze Vingt”, didirikan oleh Louis IX sepulangnya dari perang salib, rumah sakit ini berdiri di Paris dibawah pengaruh pemikiran Ibn Rusyd yang dibawa dari spanyol. Yang sekarang menjadi rumah sakit mata termashur di Eropa. 3. Media Perang Salib. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Perang salib meninggalkan satu hal yang positif bagi orang-orang Kristen Eropa walaupun secara menang kalah mereka kalah. Dari sejarahnya tentara Salib datang ke tanah Suci membawa anggapan bahwa mereka lebih derajatnya dari orang-orang Arab. Namun sesampai mereka disana apa yang mereka saksikan merupakan sebuah peradaban yang sangat tinggi sehingga selama dua abad mereka hidup di Tanah Suci setelah penyerbuan selesai, sedikit demi sedikit mereka beradaptasi dan meniru peradaban Islam. Dari berbagai aspek peradaban Islam mereka ikuti, mulai dari hal terkecil seperti makanan, pakaian, alat-alat rumah tangga, music, alat-alat perang, hingga obat-obatan, ilmu pengetahuan, perekonomian, irigasi, tanam-tanaman dan pemerintahan. Bahkan dalam keseharian mereka memakai bahasa Arab, ada yang kawin dengan penduduk asli juga yang tidak kalah pentingnya, banyak yang kemudian menjadi muslim. Banyak cara yang mereka tempuh untuk mengambil peradaban Islam mulai dari mereka mengikutinya secara diam-diam hingga mereka mengambilnya dengan paksa atau denagn cara merampok. Seperti ketika mereka di usir dari Okka, mereka membawa lari segala yang dirapas dari peradaban Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar